Pages

Sunday, July 18, 2010

Perkembangan Emosional Anak Usia Dini


PERKEMBANGAN EMOSI FASE PRASEKOLAH

A. Pengertian Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.
Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju dewasa.
Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-sistem, perolehan ketrampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi terhadap stress dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas.

B. Perkembangan Emosional Anak Usia Pra Sekolah

Perkembangan emosional anak usia pra sekolah dapat digambarkan bahwa seiring perkembangan fisik juga diikuti oleh perkembangan emosional dimana respon emosional makin banyak berkaitan dengan situasi sosial (orang dilingkungan) dan rangsangan yang simbolis atau abstrak. Pada masa ini anak kelihatan berperilaku agresif, memberontak, menentang keinginan orang lain, khususnya orang tua. Pada usia ini sikap menentang bisa berubah kembali bila orang tua, pendidik menunjukkkan sikap konsisten dalam memperlihatkan kewibawaan dan peraturan yang telah ditetapkan. Setelah berhasil secara tegas mempertahankan kewibawaan dengan berpegang teguh pada patokan perilaku tertentu, pada anak akan terjadi internalisasi nilai dengan tolak ukur orang tua dan selanjutnya bisa terjadi proses identifikasi. Pada anak akan terlihat ada kemiripan dengan orang tua dalam hal tertentu.
Peran jenis juga diperoleh melalui proses identifikasi. Proses identifikasi adalah proses mengambil sifat, sikap, pandangan orang laindan dijadikan sifat, sikap, padangan sendiri. Sifat mau menunjukkan kehendaknya dan diturutinya keinginannya bisa terpupuk sehingga pada akhirnya anak sulit dikendalikan. Dengan sikap konsisten orang tua menolak keinginan atau permintaan anak yang tidak baik untuk dipenuhi, melarang perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan sebaliknya menunjukkan sikap menyenangi perilaku yang baik. Perilaku ngadat, ngambek, mogok, merupakan permulaan dari munculnya kesadaran diri masa balita. Masa balita perlu diperhatikan agar tidak menumbuhkan sikap emosi, marah maupun sikap masa bodoh pada orang tua. Perilaku anak balita bisa menyebabkan sikap menolak terhadap anak pada orang tua hal mana bisa berakibat menghambat perkembangan kepribadian anak. Pada masa ini orang tua, pendidik harus tetap berusaha melihat tujuan pendidikan yakni mengembangkan kepribadian anak dan membentuk perilakuknya sesuai dengan gambaran yang dicita-citakannya. Pada masa ini, anak juga belajar menyatakan diri dan emosinya, mulai timbul rasa malu, takut, sedih, bermusuhan, bersalah bahkan iri dan cemburu. Bermacam-macam rasa takut terbentuk berkaitan dengan situasi, bunyi-bunyian, binatang, setan dan kemungkinan kehilangan rasa aman. Takut yang tidak wajar bisa diatasi dengan sikap orang tua dan pendidik yang memberi rasa aman dan terlindung.
Secara garis besar perilaku dan perkembangan emosional anak adalah sebagai berikut :
1. Rasa Takut
Usia Pra Sekolah (3-5 tahun) merupakan usia yang temperamental bagi anak. Rasa Takut muncul dari apa saja yang mengancam ataupun dari hal-hal yang tidak biasa. Dengan meningkatnya kesadaran diri seorang anak, anak mudah untuk takut. Rasa Takut muncul pada kebanyakan anak usia empat atau lima tahun dari cerita-cerita tentang hantu, tempat-tempat yang berbahaya dan seram, penculikan, kecelakaan dan kematian. Televisi juga memberi andil pada peningkatan rasa takut pada usia ini.
2. Marah
Marah seringkali terjadi pada usia kanak-kanak pertama. Setipa hal yang mengurangi rasa senang anak, konflik dan frustasi merupakan sumber rasa marah anak.
3. Emosi, iri dan cemburu
Emosi, iri dan cemburu juga sering muncul pada usia tiga-empat tahun. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal-hal yang dimiliki oleh teman sebayanya. Bisa terjadi juga karena setiap anak menginginkan mendapat perhatian dan afeksi.
4. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu merupakan kondisi emosional yang baik dari anak. Ada dorongan pada anak untuk mengeksplorasi dan belajar hal-hal yang baru. Usia tiga tahun, anak mulai banyak bertanya dan mencapai puncaknya pada usia sekitar 6 tahun. Untuk itu, usia 3-6 tahun disebut pula sebagai Questioning Age.

0 komentar:

Post a Comment