Saturday, August 7, 2010
Guru Pedalaman Gowa Temukan Mesin Pencari Planet - Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang guru di SDN Ma'lengu, Kecamatan Bontolemapangan, Gowa, Sulawesi Selatan, berhasil menemukan mesin pencari planet yang bisa digunakan sebagai alat peraga pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan di kelas-kelas.
Sang penemu, Ayatollah Hidayat, mengatakan penemuan tersebut tercetus saat melihat murid-muridnya kesulitan menghafalkan nama-nama dan susunan planet di jajaran tata surya.
Ayat mengaku, mesin temuan yang diberi nama MP2, singkatan dari Mesin Pencari Planet tersebut diciptakan sangat singkat. Hanya memakan waktu dua hari saja. Satu hari untuk memikirkan rangkaian arus listrik, dan satu hari lainnya untuk membuat bagan dan merakit alat tersebut. Temuan itu menurutnya mampu membantu para siswa untuk lebih mengenal planet dan susunan tata surya lebih maksimal ketimbang memberikan media visual lainnya di dalam kelas.
Ayat menuturkan, dengan mesin pencari planet buatannya, anak-anak ternyata bisa lebih merasa senang dalam belajar astronomi. Mereka tinggal menunjuk salah satu nama planet yang terpampang di mesin dengan salah satu pen penunjuk, lalu dengan pen yang lain mereka mulai mencari lokasi planet tersebut. Jika planet yang ditunjuk benar dan sesuai dengan nama planer yang dicari, maka lampu indikator yang berada di tengah alat tersebut akan secara otomatis menyala.
"Penggunaan alat ini sangat sederhana. Anak-anak hanya menunjuk satu nama planet dengan pen warna hitam, lalu mencari planet yang dimaksud dengan pen warna merah. Jika cocok, maka lampu indikator akan menyala," jelas Ayat saat memberikan presentasinya di depan dewan juri LIPI dalam Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) ke-18 yang digelar LIPI di Hotel Bumi Wiyata, Depok. Senin (2/8/2010).
Bahan untuk membuat mesin pencari planet hasil karya Ayat sangat sederhana. Delapan planet yang terdapat dalam tata surya dibuat dengan menggunakan tutup botol plastik beragam ukuran. Planet-planet dari tutup botol itu kemudian dihubungkan dengan rangkaian kabel paralel yang masing-masing berujung pada paku buku yang diletakan pada bidang nama planet di bawah lingkaran tata surya dengan bahan tampah bambu untuk mengayak beras.
Kabel-kabel tersebut berpusat pada baterai sebagai power yang menyuplai aliran listrik hingga membuat lampu indikator menyala saat dua kutub panel disatukan lewat dua pen penunjuk. Satu pen menempel pada kutub panel nama planet, satunya lagi menempel pada planet-planet tutup botol tersebut. Tentu saja, jika pen yang satu tidak sesuai dengan kutubnya, maka lampu indikator tidak menyala.
"Keasyikan anak-anak mencari planetnya ya disitu. Jika nama planet dengan planet yang ditunjuk tidak pas, maka lampu tidak menyala. Karena memang bukan kutubnya. Jadi seperti sakelar saja. Jika pen yang ujungnya pakai logam ini ditempelkan pada masing-masing kutub maka lampu pasti menyala," papar warga Desa Palangga, Kabupaten Gowa kelahiran Oktober 1985 silam itu.
Anak kedua dari empat saudara pasangan Muhammad Amir dan Nursiah tersebut berharap penemuannya dapat menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan di tanah air sebagai bahan sarana praktek di kelas. Ia juga berharap, diberi dukungan oleh berbagai pihak untuk terus mengembangkan karyanya tersebut. Bahkan, sejumlah rencana telahg ia susun menyempurnakan kreasinya itu.
"Nantinya mau ditambahkan sound yang bisa didengar saat siswa berhasil melacak planet yang ia cari. Pasti lebih heboh lagi," ujar Ayat yang mengaku ingin segera menikah usai gelaran lomba tersebut.
Guru Pedalaman Gowa Temukan Mesin Pencari Planet - Tribunnews.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment