Pages

Saturday, December 5, 2009

Skripsi ayat

GURU DAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

A. Guru dan Administrasi Pendidikan
1. Partisipasi Guru dalam Administrasi Pendidikan
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan menjadi keharusan.
Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.
Secara berangsur-angsur tekanan diberikan kepada partisipasi guru dalam administrasi pendidikan/sekolah, yaitu penyelenggaraan dan manajemen sekolah.
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik,melainkan juga sebagai administrator pada bidang pendidikan. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur yang segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik.
Hal itu semua dilakukan agar guru benar-benar menjadi seorang pengajar serta pembimbing yang professional yang dituntut pada era ini.
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/fungsi-dan-tanggung-jawab-guru- sebagai.html
Dalam banyak hal pekerjaannya berhubungan erat sekali dengan pekerjaan seorang pengawas, kepala sekolah, pegawai tata usha sekolah, dan berbagai pejabat inspeksi lainnya. Secara berangsur-angsur tekanan makin di berikan kepada partisipasi guru dalam administrasi pendidikan dalam hidup sekolah, yakni menyelenggarakan dan memenejemen sekolah.
Tokoh-tokoh pendidikan sekarang menekankan kepada gagasan tentang demokrasi dalam hidup sekolah : Guru-guru hendaknya didorong untuk ikut serta dalam pemecahan masalah-masalah administrative yang langsung mempengaruhi status profesional guru. Kegiatan partisipasi guru dalam administrasi sekolah itu ialah seperti sumbangan-sumbangan guru terhadap perbaikan kesejahteraan guru dan murid, penyempurnaan kurikulum, pilihan buku-buku dan alat-alat pelajaran dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu, sangat penting di bicarakan dalam rangka administrasi pendidikan ini tentang peranan dan tanggung jawab guru di dalam organisasi dan administrasi sekolah tempat kegiatan-kegiatan meliputi lebih dari khusus mengajar di dalam kelas.
Untuk itu pula maka partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat penting dan menjadi keharusan. Partisipasi dimaksud hendaknya ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.
Harus diakui, bahwa disebabkan oleh berbagai factor, proses pendemokrasian administrasi dan pengawasan sekolah-sekolah itu meminta waktu, dan hanya dapat di capai secara berangsur-angsur. Kebiasaan-kebiasaan yang tradisional pada para petugas pendidikan dan para guru, sukar sekali mengubah dan membuangnya.
Banyak usaha pembaharuan telah di jalankan, seperti dalam bentuk dan isi kurikulum, cara-cara atau metode-metode mengajar yang baik dan efisien, adanya pembinaan dan penyuluhan, kegiatan-kegiatan ekstrakulekuler, dan sebagainya. Tetapi, semua itu tidak hanya mendatangkan hasil yang sedikit sekali, kadang-kadang tidak kelihatan sama sekali hasilnya. Hal ini di sebabkan antara lain oleh adanya konservatisme dan sifat-sifat tradisional di dalam praktek kehidupan pendidikan yang sangat kuat. Juga disebabkan karena kurang atau tidak diikut sertakannya guru-guru dalam usaha-usaha pembaharuan pendidikan.
Ada bermacam-macam kesempatan yang dapat digunakan untuk menikutsertakan guru-guru dalam kegiatan-kegiatan sekolah di antaranya ialah :
a. Mengembangkan Filsafat Pendidikan
Mengembangkan filsafat pendidikan berarti bahwa dalam setiap langkah kegiatan mendidik selalu berusaha hendak menjawab apakah yang sedang kita lakukan?, bagaimana kita melakukannya?, apa sebab kita melakukannya?, dan untuk apakah kita melakukannya?.
Filsafat pendidikan seorang guru mencakup dari semua unsur yang telah membentuk kehidupannya, pengalaman-pengalamannya, cita-citanya, sikapnya, pendapatnya, keberhasilan dan kegagalan-kegagalannya. Filsafat pendidikan akan berkembang terus pada orang-orang yang hidup di tengah-tengah murid, tumbuh di dalam praktek, senantiasa berubah dan bertambah, dan tidak pernah lengkap dan selesai.
Apabila sekolah ingin memiliki suatu filsafat yang didukung oleh semua orang yang berada di belakang programnya, maka langkah-langkah yang harus di ambil oleh pemimpin dan guru-guru ialah membicarakan secara terbuka apa yang mereka yakini sehingga mencapai pengertian-pengertian dasar mengenai hakikat anak, fungsi dan tujuan sekolah dalam masyarakat, dan bagaimana cara mengajar-belajar yang baik.
b. Memperbaiki dan Menyesuaikan Kurikulum.
Biasanya penyusunan kurikulum serta perubahan dan penyesuaiannya di lakukan pada tingkat kanwil dengan bantuan para ahli dalam mata pelajaran-pelajaran khusus.
Prosedur itu menghadapi berbagai kesulitan dalam praktek perbaikan pendidikan dan pengajaran. Kita masih ingat akan mata pelajaran civics, krida, dan prakarya yang di tambahkan pada kurikulum “gaya baru”, dan kegiatan-kegiatan pembaharuan seperti mengajar secara unit teaching, diskusi kelompok, memimpin community survey, menyusun objective test, serta pengelolahan hasilnya dan lain-lain, pada umumnya mengalami kesukaran atau kemacetan dalam pelaksanaannya, sebab hal-hal tersebut hanya ditentukan dari atas, guru-guru tidak diikut sertakan. Keadaan yang demikian mengakibatkan banyak usaha perbaikan pengajaran yang hanya tinggal di atas kertas saja.
Hal yang demikian menimbulkan pengertian tentang keharusan untuk mengikutsertakan guru-guru dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum.
c. Merencanakan Program Supervisi
Bentuk supervisi ini maksudnya ialah kegiatan-kegiatan pengawasan yang langsung ditunjukanuntuk memperbaiki situasi belajar-mengajar di dalam kelas. Tujuannya ialah membantu para guru untuk tumbuh secara pribadi dan professional, dan untuk belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi dalam tugasnya.
d. Merencanakan Kebijakan-kebijakan Kepegawaian
Adapun kebijakan-kebijkan kepegawaian yang memerlukan ikut sertanya guru-guru dalam perencanaannya tentu saja harus memulai permusyawaratan perwakilan, antara lain ialah masalah penempatan, orientasi, promosi (kenaikan pangkat/jabatan), pemberhentian (pensiun pemecatan, dsb), pemindahan, pemberian tugas mengajar, cuti, konduite, masalah gaji, pengobatan, dan kesejahteraan guru-guru dan petugas-petugas pendidikan pada umumnya.
e. Kesempatan-Kesempatan Berpartisipasi lainnya
Masih banyak kesempatan-kesempatan lainnya yang mengharuskan ikutsertanya guru-guru dalam administrasi sekolah. Beberapa diantaranya ialah, sebagai berikut :
1) Menyelidiki buku-buku sumber bagi guru dan buku-buku pelajaran bagi murid-murid.
2) Menentukan dan menyusun tata tertib sekolah.
3) Menetapkan syarat-syarat penerimaan murid baru.
4) Merumuskan kebijakan tentang pembagian tugas mengajar guru-guru.
5) Menyusun daftar pelajaran umum dan khusus.
6) Merencanakan penilaian kemajuan-kemajuan program sekolah.
7) Menetapkan pengawasan dan bimbingan kegiatan-kegiatan organisasi murid agar terarah.
8) Merencanakan dan memimpin rapat-rapat guru.
9) Memikirkan usaha-usaha memajukan kesejahteraan guru, pegawai, dan murid-murid.
10) Merencanakan dan membantu kelancaran ketatausahaan sekolah.
Adapun untuk berpartisipasi menanamkan sifat dan kehidupan yang demokratis pada murid-murid, tidak cukup hanya dengan ceramah-ceramah atau kata-kata saja. Perkembangan tingkah laku yang demokratis pada anak didik pada asasnya bergantung pada hubungan anak didik dengan guru dan pada sifat dari pengalaman-pengalaman hidup sehari-hari yang ada dilingkungan sekolah. Untuk itu, guru harus memahami arti demokrasi dan percaya pada nilai-nilainya dan pada tingkah laku menjadi contoh sebagai jiwa pribadi yang benar-benar demokratis. http://wwwfikriyansyah.blogspot.com/
2. Arti Demokrasi dalam Administrasi Pendidikan
Penerapan demokrasi dalam administrasi sekolah hendakriya diartikan bahwa administrasi sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan kepemim¬pinan; dengan itu tujuan-tujuan sekolah dan cara-cara untuk mencapai nya dikembangkan dan dijalankan. Kegiatan-kegiatan kepemimpinan ini meliputi: kegiatan mengorganisasi personel dan material, merencanakan program/kegiatan-kegiatan, membangun semangat guru-guru dan inisiatif perscorangan/kelom¬pok ke arah tercapainya tujuan-tujuan. menilai hasil-hasil dari rencana-rencana, prosedur-prosedur, serta pelaksanaannya oleh perseorangan dan kelompok.
Apabila administrasi dipandang sebagai proses bekerja dengan orang¬orang dan mengoordinasi usaha-usaha mereka ke dalam keseluruhan yang bekerja efisien dan produktif, maka jclas bahwa tanggung jawab tidak dapat lagi dipusatkan pada hanya satu orang belaka. Tanggung jawab hams disalurkan secara luas di antara semua orang yang mengambil bagian dalam program sekolah.
Dengan demikian, tekanan berpindah dari kekuasaan untuk menen¬tukan dan memerintah kepada proses mengembangkan semangat, pikir¬an, dan perbuatan yang koorperatif, dan kepada kesempatan-kesempat¬an yang diciptakan bagi pertumbuhan kepemimpinan perseorangan dan kelompok.
Masalah mcmimpin dan mengatur sekolah sccara derrokratis menim¬bulkan masalah tentang pe..lunya kesempatan-kesempatan bagi partisi¬pasi bagi guru-guru secara penuh, juga pegawai-pegawai sekolah, murid¬murid dan orang-orang tua murid, dalam memikirkan cara-cara memaju¬kan program dan kesejahteraan sekolah. Persetujuan semua inerupakan ciri khas bagi demokrasi di dalam administrasi sekolah.
Di samping itu, hendaklah dipahami bahwa untuk menanamkan sifat dan kehidupan yang demokratis pada murid-murid, tidal: cuk up hanya dengan ceramah-ccramah atau kata-kata saja. Perkembangan tingkah laku yang demokratis pada anak didik pada asasnya bergantung nada hubungan anak didik dengan guru dan pada sifat dari pengalaman¬pengalaman hidup sehari-hari yang disediakan oleh sekolah. Adapun pola-pola tingkah laku yang demokratis yang seyogyanya dimiliki oleh guru ialah:
1) Menghormati kepribadian orang-scorang;
2) Memperhatikan hak kebebasan orang lain;
3) Kerja sama dengan orang lain;
4) Menggunakan kecakapan-kecakapan mereka untuk memajukan kese¬jahteaau umum dan kemajuan social;
5) Lebih menghargai penggunaan kecerdasan secara efektif dalam meme¬cahkan masalah-masalah daripada penggunaan kekerasan atau emosi;
6) Menyelidiki, menemukan, dan menerima kekurangan-kekurangan diri sendiri dan berusaha memperbaikinya;
7) Mereka memimpin atau mengikuti sesuai dengan kcsanggupan mereka bagi keuntungan kelompok/bersama;
8) Memikul tanggung jawab terhadap tercapainya cita-cita dan tujuan¬tujuan bersama dan mendahulukan kewajiban daripada hak;
9) Mereka memerintah diri sendiri untuk kebaikan semua,
10) Bersikap toleran;
11) Menghargai musyawarah untuk memperolch kata sepakat;
12) Senantiasa berusaha untuk mencapai cara hidup demokratis yang pa¬ling efektif;
13) Berusaha dengan contoh sendiri untuk membimbing orang-orang lain supaya hidup secara demokratis,
14) Menyesuaikan diri kepada kondisi-kondisi yang selalu berubah dan berkembang ke arah perbailtan dan kemajuan.
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/fungsi-dan-tanggung-jawab-guru-sebagai.html



3. Orientasi bagi Guru – Guru Baru
Bagi guru-guru yang baru mulai menjalankan tugasnya sebagai guru, adanya masa orientasi sangat diperlukan. Yang dimaksud dengan titasa orientasi ialah suatu kesempatan yang diberikan kepada seorang pegawai atas guru yang baru mulai bekerja, untuk mengadakan onservasi dan ber - partisipasi langsung dengan kegiatan-kegiatan yang berhuhungan dengan tugasnya sebagai guru di sekolah itu, agar dalam waktu yang relatif singkat is dapat segera mengenal dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia mengajar.
Masa orientasi sangat diperlukan karena setiap pegawai atau guru yang baru pada umumnva menghadapi problema, baik problema yang me¬nyangkut dirinya sendiri maupun problema yang berhubungan dengan tugas-tugas pekerjaan yang akan dilakukannya. la memerlukan bantuan dan bimbingan dari pimpinan sekolah dan guru-garu senior untuk dapat mengenal dan mengatasi problema-problema tersebut.
Hampir bagi setiap guru baru pengalaman pertama waktu permulaan mengajar merupakan pengalaman yang penuh frustrasi dan keragu-ragu¬an. Di dalam dirinya timbul bermacam-macam pertanyaan, seperti: Bagai¬mana reaksi murid-murid terhadap diri saya? Apakah saya akan meng¬alami kesukaran dalam hal menguasai disiplin anak-anak? Bagaimana sikap orang tua murid terhadap pelajarannya yang saya berikan? Dapatkah saya menjadi guru yang disenangi anak-anak? Pertolongan atau bantuan apa yang dapat saya terima dari guru-guru lain?
Semua itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul pada guru-guru yang baru saja mulai mengajar. Dan itu semua perlu mendapat perhatian dari para supervisor dan kepala sekolah dalam rangka meng¬adakan orientasi bagi guru-guru baru. Tentu saja tidak mungkin sekali - gus semua itu dapat dilayani, tetapi harus dilakukan secara berangsur-angsur.
Seperti dikatakan oleh Chamberlain dan Kindred, setiap guru baru memerlukan bantuan antara lain dalam hal mempelajari masyarakat, lingkungan fisik sekitar sekolah dan fasilitas-fasilitas yang ada di lingkungan tersebut, mengenal dan mempelajari tentang teman sejawat, murid-murid, kebi¬jakan pelaksanaan sistem sekolah, dan macam-macam tugas yang akan mereka kerjakan. Mereka memerlukan bantuan dalam pemecahan masalah-masalah yang timbul dan bimbingan dalam mengarahkan.
Tujuan orientasi yang terutama ialah membawa guru barn untuk dapat segera mengenal situasi dan kondisi serta kehidupan sekolah pada umumnya, agar selanjutnya dapat mendorong memberi motivasi kepada meraka untuk bekerja baik dan bergairah.
(Elsbree dan Reutterx) mengemukakan bahwa tujuan oricntasi; yang terutama adalah mcmberikan perhatian (attention) kepada guru barn dan mendorong mereka agar memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Untuk mencapai tujuan pokok ini maka program orientasi paling sedik:t haruslah berisi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Mengenalkan kepada guru-guru baru itu secepat mungkin agar mereka segera dapat mengenal sistem sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah.
2) Menyediakan bantuan secukupnya agar mereka segera dapat mengenal dan menyesuaikan diri dengan personel sckolah (guru-guru dan pc¬gawai).
3) Memberikan bimbingan yang konstruktif dalam mengembangkan kecakapan-kecakapan mengajar dan sikap-sikap profesional mereka.
4) Menyediakan kesempatan kepada guru barn untuk turut berpartisipasi langsung dalam kegiatan-kegiatan sekoiah pada urnumnya.
Kegiatan-kegiatan orientasi
Berdasarkan arti dan tujuan orientasi scperti telah diuraikan di atas, maka kegiatan-kegiatan orientasi yang penting bagi guru baru yang perlu kita uraikan lebih Ianjut adalah seperti berikut:
1) Bantuan mendapat perumahan/tempat tinggal yang sesuai
Bagi beberapa orang guru baru, masalah perumahan/tempat tinggal se- ring merupakan masalah yang sangat urgen. Bantuan untuk mendapat perumahan/tempat tinggal yang layak dan wajar bagi seorang guru perlu mendapat perhatian. Tempat tinggal guru-guru yang berdekatan dengan sekolah pada umumnya lebih menguntungkan bagi kelancaran jalannya sekolah. Beberapa usaha yang dapat dilakukan sekolah dalam rangka memberi ban¬tuan tersebut antara lain dengan jalan:
• Bekerja sama dengan masyarakat setempat, khususnya POM atau Panitia Penyelenggara Sckolah yang bersangkutan.
• Dengan mencarikan rumah sewaan.
• Membantu meminjami uang dengan pengembalian secara diangsur sesuai dengan kemampuan guru yang bersangkutan.
• Menyediakan perumahan guru-guru.
• Meminjamkan perabot rumah yang diperlukan, dsb.
Tentu saja bantuan tersebut disesuaikan dengan kemampuan sekolah masing-masing, dan dipertimbangkan apakah guru tersebut benar-benar sangat memerlukannya demi kepentingan kelancaran jalannya sekolah.
2) Mengenalkan guru baru kepada sistem dan tujuan sekolah
Untuk dapat memberikan. kesempatan kepada guru baru dalam orienta¬sinya terhadap sistem dan tujuan sekolah, pada permulaan sebaiknya guru itu jangan terlalu banyak dibebani tugas-tugas. Dengan demikian, guru tersebut diberi kesempatan untuk bergaul dan mcngamati serta mengenal jalannya sekolah secara umum. Usaha-usaha lain yang dapat dilakukan ialah dengan yaitu 1) Memberi kesempatan kepada guru baru mempelajari buku-buku. kurikulum dan silabus yang berlaku di sekolah itu. 2) Kepala sckolah, guru-guru, serta pegawai sekolah mernbantunya de¬ngan memberikan informasi-informasi yang diperlukan tentarig ad¬ministrasi sekolah, jalannya sckolah atau sistem yang berlaku di sekolah itu. 3) Mengadakan tanya-jawab dan diskusi-diskusi dengan guru baru, balk secara formal maupun informal.
3) Mengenalkan guru baru kepada kondisi dan situasi masyarakat ling¬kungan sekolah
Caranya ialah dengan jalan memberikan informasi-informasi bilamana ia memerlkannya. Beberapa hal yang perlu diperkenalkan untuk diketahui oleh guru-guru baru antara lain:
• Letak dan macam-macam kantor atau instansi lain yang ada di sekitar sekolah itu; seperti kantor pemerintahan setempat, kantor pos, mas¬jid, gereja, pasar, terminal bus, stasiun kereta api, kantor polisi, rumah sakit, kantor pemadam kebakaran, dll. Jika mungkin dengan nomor telepon dan nama pemimpin masing-masing.
• Kehidupan, adat-istiadat serta sifat-sifat masyarakat setempat, antara lain bagaimana kepadatan dan komposisi penduduknya, mata pen¬cahariannya, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku, sikap dan perhatian¬nya terhadap sekolah serta pendidikan pada umumnya.
4) Membantu guru baru dalam perkenalan dan penycsuaiannya terhadap personel sekolah
Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan jalan:
• Memperkenalkan kepada semua guru dan pcgawai sekolah claim suatu pertemuan.
• Mengadakan pertemuan ramah-iamah di sekolah atau di rumah salah seorang guru, yang dihadiri oleh semua guru dan staf
Dalam hal ini sangat penting dan perlu diperhatikan terutama sikap ke¬pala sekolah itu scndiri dalam mclayani dan mcnerima guru yang baru tersebut. Yang kedua ialah sikap guru-guru dan pegawai sekolah lainnya. Sikap ramah-tamah, hormat-merighormati, dan rasa kekeluargaan yang baik, sangat diperlukan oleh setiap guru baru.
5) Membantu guru baru dalam usaha memperbaiki dan mengetnbang¬kan kecakapan-kecakapan mengajarnya
Tidak semua guru baru sudah pandai mengajar clan memiliki sikap pro¬fesional yang sesuai dengan tuntutan jabatannya. Apalagi guru yang baru saja keluar dari sekolah guru. Mereka masih perlu bimbingan dan bantuan dalam menjalankan tugas pekerjaannya.
Beberapa usaha yang perlu dilakukan kepala sekolah dan supervisor dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan kecakapan-kecakapan mengajar para guru baru antara lain : Mengadakan evaluasi dengan jalan mengobservasi kegiatan-kegiatan mengajar pada guru baru, dan membuat catatan-catatan harian. Memberikan kesempatan kepada guru baru untuk mengadakan obser¬vation visit atau kunjungan observasi, yakni mengainati demonstrasi mcngajar yang dilakukan olch guru yang telah berpengalaman, yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi di antara mereka. Memberi bimbingan dalam membuat dan merencanakan pekerjaan mereka, seperti bimbingan dalam membuat persiapan mengajar, me¬milih bahan pelajaran, mcmilih metode mengajar yang sesuai, menen¬tukan kesempatan-kesempatan apa yang diperlukan untuk meneada¬kan hubungan sekolah dan masyarakat atau orang tua murid, cara¬cara menggunakan alat-alat peraga dalam mengajar, cara membuat dan menyusun tes atau soal-soal ulangan dalam rangka mengevaluasi hasil belajar murid-murid.
6) Membangkitkan sikap-sikap dan minat profesional
Pekerjaan sebagai guru (mengajar) bukan hanya sekadar bekerja untuk mencari nafkah. Mengajar dan mendidik adalah profesi yang memerlukan straw keahlian khusus serta bakat ataupun minat yang bcsar. Pekerjaan sebagai pendidik adalah juga tugas yang bersifat sosial dan amal. Tidak semua orang yang telah menyelesaikan pendidikannya di suatu lembaga pendidikan guru atau sekolah guru akan dengan sendirinya telah dapat dan suka serta mempunyai minat yang besar terhadap pekerjaannya sebagai guru.
Minat dan kesukaan ternadap suatu pekerjaan akan timbul dari pe¬ngalaman dan kcbiasaan, terutama pengalaman yang menyenangkan. Ka¬rena berkali-kali mengalami dan melakukan pekerjaan itu, lama-kclamaan timbullali minat dan rasa cintanya kepada pekerjaan tersebut. Minat terhadap suatu pekerjaan menimbulkan rasa suka terhadap pekerjaan itu.
B. Kode Etik Guru
Kode etik berasal dan kata kode dan etik. Kode bisa berarti simbol dan tanda, sedangkan etik bila ditelusuri berasal dan bahasa latin ethica dan bahasa Yunam ethos. Dalam kedua bahasa tersebut, etik berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku yang baik.
Kode etik guru adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku guru, dan oleh karena itu haruslah ditaati oleh guru. Ia diciptakan oleh, dan dan untuk guru. Kode etik dipandang tidak tepat jika berupa peraturan yang dititik beratkan kepada sangsinya bagi mereka yang melanggar; melainkan tanpa sangsi apapun justru ditaati oleh anggotanya. Kode etik adalah persetujuan bersama yang timbul dari diri anggota.
Oleh karena kode etik adalah norma-norma yang harus ditaati oleh seseorang yang bermaksud diikatnya, maka tujuan kode etik guru adalah :
1. Agar guru mempunyai rambu-rambu yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku sehari hari sebagai pendidik.
2. Agar guru-guru dapat bercermin diri mengenai tingkah lakunya, apakah sudah sesuai dengan profesi pendidik yang disandangnya ataukah belum.
3. Agar guru-guru dapat menjaga (mengambil langkah preventif), jangan sampai tingkah lakunya dapat menurunkan martabatnya sebagai seorang profesional yang bertugas utama sebagai pendidik.
4. Agar guru selekasnya dapat kembali (mengambil langkah kuratif), jika ternyata apa yang mereka lakukan selama ini bertentangan atau tidak sesuai dengan norma-norma yang telah dirumuskan dan disepakati sebagai kode etik guru.
5. Agar segala tingkah laku guru, senantiasa selaras atau paling tidak, tidak bertentangan dengan profesi yang disandangnya, ialah sebagai seorang pendidik. Lebih lanjut, dapat diteladani oleh anak didiknya dan oleh masyarakat umum.
Sedangkan fungsi kode etik guru, dapat digolongkan menjadi, fungsi yang bertalian dengan tugas guru sendiri, fungsi yang bertalian dengan tujuan pendidikan pada umumnya dan fungsi yang bertalian dengan masa depan profesi. Fungsi yang bertalian dengan tugas guru sendiri adalah:
1. Sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas-tugas keguruan khususnya yang berkaitan dengan muatan normatif pendidikan.
2. Sebagai pedoman dalam bertingkah laku, karena profesi guru menuntut para penyandangnya untuk bertingkah laku yang dapat dijadikan contoh oleh anak didik dan masyarakat pada umumnya.
3. Sebagai pedoman untuk bergaul dan berhubungan, baik hubungan dan pergaulan antar sesama pendidik, dengan anak didik dan dengan staf sekolah lain maupun dengan masyarakat pada umunmya.
Sementara itu, fungsi kode etik guru yang bertalian dengan masa depan profesi keguruan sendiri adalah sebagai berikut :
1. Bahwa profesi guru adalah suatu profesi yang tidak saja menjunjung tinggi tata norma dan tata nilai masyarakat, melainkan juga sekaligus juga mewariskannya. Oleh karena itu, maka perlu ada kaidah dan tata susila keguruan yang harus mengikat kepada, dan dijadikan sebagai pedoman oleh para anggotanya.
2. Bahwa perkembangan tuntutan, aspirasi, tata norma dan tata nilai di masyarakat demikian dinamis. Hal ini bisa membawa konsekuensi semakin terpolarisasinya pandangan masyarakat mengenai tuntutan, aspirasi, harapan, tata norma dan tata nilai yang dianut oleh masyarakat. Besar atau kecil perkembangan yang demikian dinamis tersebut pasti berpengaruh terhadap etika-etika yang berlangsung di masyarakat. Kode etik guru, sebagai pedoman tingkah laku guru dálam melaksanakan tugasnya, dapat dijadikan sebagai arahan dalam mengantisipasi perkeinbangan tersebut. Ia menawarkan standar tingkah laku, setidak-tidaknya kepada para anggotanya, agar keberadaan profesi keguruan tersebut tetap eksis.
Kode Etik Guru pada Umumnya
1. Untuk mencapai tujuan sebagaimana termaktub pada Preambul UUD 1945, maka diperlukan syarat-syarat pokok dan tiap guru, yaitu berkepribdian, berilmu serta terampil dalam melaksanakan tugasnya.
2. Guru adalah setiap orang yang bertugas dan berwenang dalaiu dunia pendidikan dan pengajaran pada lembaga pendidkan formal.
3. Untuk melaksanakan tugasnya, maka prinsip-prinsip tentang tingkah laku yang diinginkan dan diharapkan dari setiap guru dalam. jabatannya terhadap orang lain dalam situasi pendidikan adalah berjiwa Pancasila berilmu pengetahuan serta terampil dalam menyampaikannya, yang dapat dipertanggungjawabkan secara didaktis dan metodis, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
4. Berdasarkan prinsip-prinsip unum di atas, maka petunjuk petunjuk yang merupakan tata cara akhlak itu wajib diamalkan oleh setiap guru dalam antar hubungan dengan manusia lain dalam lingkurigan jabatannya.
http://maswanispdyahoocoid.blogspot.com/2007/05/disiplin-guru.html
Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta pada kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada UUD 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, oleh kerena itu, Guru Indonesia terpangil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
a. Guru menghormati hak individu dan kepribadian anak didiknya masing-masing
b. Guru berusaha mensusseskan pendidikan yang serasi (jasmaniyah dan rohaniyah) bagi anak didiknya
c. Guru harus menghayati dan mengamalkan pancasila
d. Guru dengan bersunguh-sunguh mengintensifkan Pendidikan Moral Pancasila bagi anak didiknya
e. Guru melatih dalam memecahkan masalah-masalah dan membina daya krasai anak didik agar kelak dapat menunjang masyarakat yang sedang membangun
f. Guru membantu sekolah didalam usaha menanamkan pengetahuan keterampilan kepada anak didik.
2. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak didiknya masing-masing
b. Guru hendaknya luwes didalam menerapkan kurikulum sesuai dengan klebutuhan anak didik masing-masing
c. Guru memberi pelajaran di dalam dan di luar sekolah berdasarkan kurikulum tanpa membeda-bedakan Janis dan posisi orang tua muridnya
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik,. Tetapi menghindarkan diri dari segtsala bentuk penyalah gunaan
a. Komunikasi Guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan pada rasa kasih sayang
b. Untuk berhasilnya pendidikan, maka Guru harus mengetahui kepribadian anak dan latar belakangt keluarganya masing-masing.
c. Komunikasi Guru ini hanya diadakan semata-mata untuk kepentingan pendidikan anak didik
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekol;ah sehingga anak didik betah berada dan belajar di sekolah
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua murid sehingga dapat terjalin pertukaran informasi timbale balik untuk kepentingan anak didik
c. Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritik membangun yang disampaikan orang tua murid/ masyarakat terhadap kehidupan sekolahnya.
d. Pertemuan dengan orang tua murid harus diadakan secara teratur
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan
a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan
b. Guru turut menyebarkan program-progaram pendidikan dan lkebudayaan kepada masyarakat seketernya, sehingga sekolah tersebut turut berfubgsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan pendidikan dan kebudayaan ditempat itu
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai unsur pembaru bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
d. Guru turut bersama-sama masyarakat sekitarnya didalam berbagai aktifitas
e. Guru menusahakan terciptanya kerjasama yang sebaik-bainya antara sekolah, orang tua murid, dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan tangung jawab nersama antara pemerintah, orang t5ua murid dan masyarakat.
6. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
a. Guru melanjutkan setudinya dengan :
• Membaca buku-buku
• Mengikuti loka karya, seminar, gterakan koperasi, dan pertemuan-pertemuan pendidikan dan keilmuan lainnya
• Mengikuti penataran
• Mengadakan kegiatan-kegiatan penelitian
b. Guru selalu bicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat profesinya,
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesame guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
a. Guru senantiasa saling bertukar informasi pendapat, salung menasehatri dan Bantu-membantu satu sama lainnya, baik dalam hubungan kepentingan pribadi maupun dalam menuaikan tugas profgesinya
b. Guru tidak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan nama baik rekan-rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara keseluruhan maupun secara pribadi
8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya.
a. Guru menjadi anggota dan membantu organisasi Guru yang bermaksud membina profesi dan pendidikan pada umumnya
b. Guru senantiasa berusaha bagi peningkatan persatuan diantara sesame pengabdi pendidikan
c. Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap-sikap ucapan, dan tindakan yag merugikan organisasi
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan
a. Guru senantiasa tunduk terhadap kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang pendidikan
b. Guru melakukan tugas profesinya dengan disiplin dan rasa pengabdian
c. Guru berusaha membantu menyebarkan kebijak sanaan dan program pemerintah dalam bidang pendidikan kepada orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
d. Guru berusaha menunjang terciptanya kepemimpinan pendidikan dilingkungan atau didaerahnya sebaik-baiknya.
Menurut uraian diatas mengenai Kode Etik Guru, kita perlu melihat pula:
Kualitas guru-guru di Indonesia- khususnya yang berstatus PNS dan guru sekolah swasta yang “hidup segan mati takmau”, juga saat ini berada dalam titik “rendah”. Para guru juga tidak hanya gagap dalam beradaptasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan fenomena sosial kemasyarakatan, mereka juga terjebak dalam kebiasaan menjadi “robot” kurikulum pendidikan. Prakarsa inisiatif para guru untuk belajar mengalimetode, bahan ajar dan pola relasi belajar-mengajar yang baru sangat minimalis.
Tidak mengherankan ketika Depdiknas merekonsepsikan dan mengimplementasikan kerangka kurikulum pembaruan, KBK (kurikulum berbasis kopetensi), banyak guru yang sangat sulit memahami. Banyak yang menggerutu dan beranggapan KBK hanya sebagai wujud kurikulum yang “ngayawara” (tidak realistik).
Rendahnya mutu atau kapabilitas guru di Indonesia, selama ini disebabkan oleh beberapa factor. factor structural: para guru selama tiga dekada Orde Baru dijadikan “bemper” politik bagi kekuatan partai Golkar.
Guru dijadikan agen politik pembagunanisme dan juga agen pemenangan program partai golkar. Melelui organisasi Korpri dan PGRI, mereka dijadikan proyek korporatisme Negara. kuatnya politik pendidikan, yang mengontrol arah dan system pendidikan selama tiga decade membuat para guru seperti “robot” yang dipenjara melelui tuggas-tugas kedinasan yang stagnan. rendahnya tingkat kesejahteraan guru Indonesia membuat mereka tidak bisa optimal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar karena selalu mengurusi persoalan ekonomi keluarga. kuatnya kultur feodalistik dalam dunia pendidikan, sehingga tidak terjadi proses “social clustering” dan regenerasi ekskusif komunitas guru muda.
Pola regenerasi bukan atas dasar kemampuan akademik dan kemampuan mengajar guru, namun level kepangkatan. Pemerintah selama ini tidak memiliki kerangka acuan untuk meningkatkan kualitas sosial dan intelektual para guru. Berbagai upaya internal di birokrasi pendidikan yang konon untuk meningkatkan kapabilitas profesi guru, justru lebih banyak pada lkegiatan pembinaan dan pendisiplinan guru dalam optic pemahaman kekuasaan. Para guru dibina dan disiplinkan pengetahuan, dan sikapnya selaras dengan kehendak penguasa, agar tidak mengajarkan sesuatu yang berbeda dengan doktri Negara. http://wwwcakep39.blogspot.com/2007/12/kode-etik-guru-indonesia.html





DAFTAR PUSTAKA


http://wwwfikriyansyah.blogspot.com/
http://yatana.files.wordpress.com/2009/06/administrasi-pendidikan.ppt
http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/fungsi-dan-tanggung-jawab-guru-sebagai.html
Drs. M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervise Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002
http://smkn1-raya.sch.id/en/200811/10/peran-guru-dalam-pendidikan/
http://wwwcakep39.blogspot.com/2007/12/kode-etik-guru-indonesia.html















TUGAS KELOMPOK






Disusun Oleh :
Kelompok I (Satu)

1. Edward Sarlito 10540 0011 06
2. Indrawaty S. D. 10540 0015 06
3. Yulianti 10540 0020 06
4. Wahyu Eti Edi S. 10540 0030 06




S1 pendidikan guru sekolah dasar
Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas muhammadiyah Makassar
2 0 0 9
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila. Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Diposkan oleh Muslimin di 08:52 0 komentar
Manajemen Sekolah di Masa Kini
Dalam era kemandirian sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), tugas dan tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari para pimpinan sekolah adalah menciptakan sekolah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti menjadi semakin bermanfaat bagi sekolah itu sendiri dan bagi masyarakatluas penggunanya. Agar tugas dan tanggung jawab para pimpinan sekolah tersebut menjadi nyata, kiranya mereka perlu memahami, mendalami, dan menerapkan beberapa konsep ilmu manajemen yang dewasa ini telah dikembang-mekarkan oleh pemikir-pemikir dalam dunia bisnis. Manakala diperdalam secara sungguh-sungguh, kiranya konsep-konsep ilmu manajemen tersebut memiliki nilai (dalam arti values) yang tidak akan menjerumuskan dunia pendidikan kita ke arah bisnis yang dapat merugikan atau mengecewakan masyarakat luas penggunanya.
Secara luas, penerapan konsep-konsep ilmu manajemen untuk bidang administrasi sekolah sudah dimulai semenjak dua hingga tiga dekade yang lalu, namun hal tersebut belum cukup mendapat perhatian dari dunia kependidikan di negara kita. Salah satu bukti yang memperjelas pemikiran itu adalah masih langkanya Jurusan Manajemen Kependidikan (Educational Management Department) di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia yang membuka program kependidikan (IKIP atau FKIP). Dahulu, sebelum dihapuskan di tahun 1980an, ada sebuah jurusan yang bernaung di bawah IKIP yang bernama AP atau Administrasi Pendidikan (Educational Administration) meski lingkup yang dibahas berbeda dengan bidang atau jurusan Manajemen Kependidikan.
Di dalam kelangkaan, manakala jurusan Administrasi Pendidikan tersebut dapat berkembang, kiranya bahasan tentang cara-cara pengelolaan (atau manajemen) untuk lembaga-lembaga pendidikan (misalnya sekolah) juga dapat berkembang. Jurusan Manajemen Kependidikan yang telah berkembang di beberapa negara itu sendiri kiranya juga merupakan pengembangan dari Jurusan Administrasi Pendidikan. Menurut sebuah sumber, berkembangnya Jurusan Manajemen Kependidikan tersebut bermula dari sebuah seminar yang dilakukan di Universitas Harvard di tahun 1970an yang diselenggarakan oleh sebuah lembaga yang bernama Institute of Educational Management (Borromeo, 1995). Pokok penting yang dibahas dalam Jurusan Manajemen Kependidikan tersebut antara lain adalah aplikasi konsep-konsep atau model-model manajemen (bisnis) untuk dunia kependidikan, antara lain konsep pengembangan budaya dan iklim organisasional, penerapan konsep transformational leadership, penggunaan konsep TQM, penerapan konsep perencanaan strategik (strategic planning), dan lain sebagainya.
Dalam era kemandirian sekolah dan era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) kiranya pemahaman, pendalaman, dan aplikasi konsep-konsep ilmu manajemen yang telah banyak sekali dikembangkan oleh para pemikir di bidang bisnis perlu mendapatkan perhatian para pimpinan sekolah untuk memanajemeni sekolah-sekolah yang mereka pimpin di masa kini. Kesempatan untuk mengembangkan sebuah sekolah hingga menjadi sebuah sekolah yang sungguh efektif kiranya membutuhkan kreativitas kepemimpinan yang memadai. Kreativitas kepemimpinan semacam itu dapat terlihat atau dapat muncul manakala para pimpinan sekolah mampu dan mau melakukan perubahan-perubahan tentang cara dan metoda yang mereka pergunakan untuk memanajemeni sekolah. Kemampuan serta kemauan tersebut akan muncul manakala para pimpinan sekolah dapat membuka diri secara luas untuk mencari dan menyerap sumber-sumber yang dapat mendorong perubahan manajerial, dan… kiranya konsep-konsep dasar untuk melakukan perubahan tersebut tersedia luas dalam bidang di luar bidang pendidikan itu sendiri, yakni bidang manajemen bisnis.

0 komentar:

Post a Comment