1. Latar Belakang diadakannya Pembelajaran Kelas Rangkap
Pembelajaran kelas rangkap sering dikaitkan dengan sekolah kecil di daerah terpencil yang berpenduduk sedikit. Di sekolah seperti ini biasanya hanya ada satu sampai dengan tiga orang guru untuk melayani seluruh siswa kelas I sampai kelas VI. Jumlah siswa di setiap sekolah juga sedikit. Guru tersebut harus menggabungkan kelas agar bisa mengajar semua siswa di sekolah, artinya dalam satu ruangan ditempati oleh siswa dari dua kelas. Pola penggabungan umumnya adalah kelas 1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas 4, dan kelas 5 dengan kelas 6.
Pembelajaran kelas rangkap juga terdapat di banyak sekolah perkotaan, karena jumlah siswa tidak seimbang dengan jumlah kelas. Kelas harus digabung untuk mendapatkan jumlah siswa seperti biasa. Jadi alasan dibentuknya kelas rangkap bukan karena kekurangan guru saja melainkan juga alasan efisiensi. Misalnya jika di kelas 1 hanya ada 9 siswa dan kelas 2 hanya ada 10 siswa maka tidak perlu masing-masing kelas diajar oleh seorang guru. Dengan prinsip efisiensi sumber daya maka cukup diperlukan satu guru yang merangkap mengajar kelas 1 dan kelas 2.
2. Data Sekolah yang menerapkan Pembelajaran Kelas Rangkap
a. SDN Ma’lengu Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa
SDN Ma’lengu di Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa. Sekolah ini hanya memiliki 4 gedung yang terdiri dari 3 gedung (3 ruang) untuk proses belajar mengajar, dan 1 gedung untuk ruang kepala sekolah dan administrasi. Guru yang mengajar terdiri dari 4 guru kelas, 1 guru olah raga, 1 guru agama dengan 1 kepala sekolah. Rata-rata jumlah siswa per kelas adalah 23 anak
Secara geografis, letak SDN Ma’lengu berada di daerah dataran tinggi sekitar 70 km sebelah timur kota Sungguminasa sehingga jauh dari keramaian. Selain itu, SDN Ma’lengu juga termasuk salah satu sekolah terpencil di Kab. Gowa yang terletak jauh di pelosok pedalaman yang baru berumur sekitar 4 tahun disebabkan karena sekolah ini sebelumnya adalah kelas jauh yang kemudian mati (tidak ada aktifitas belajar) disebabkan karena tidak ada tenaga pengajar yang mau ke daerah tersebut. Kemudian baru pada tahun 2005 dirintis kembali dengan kondisi tenaga pengajar yang hanya terdiri dari 3 orang dan ruang belajar terdiri dari 2 kelas. Baru pada tahun 2008 mendapatkan tambahan ruang belajar sebanyak 2 buah sehingga sudah ada 3 ruang belajar. Terus guru yang mengajar pada sekolah tersebut terdiri atas 4 orang guru yang berstatus PNS termasuk kepala sekolah, 3 orang guru berstatus honorer. Dan di sekolah tersebut juga terdapat 8 rombongan belajar dan sekolah ini termasuk sekolah satu atap. Siswa yang bersekolah di SDN Ma’lengu adalah anak-anak dari Dusun yang tidak memungkinkan untuk bersekolah di sekolah lainnya. Oleh sebab itu tepatlah jika sekolah ini dikategorikan sebagai sekolah terpencil
Tabel I : Data Jumlah Siswa SDN Ma’lengu Tahun 2009
Kelas Jumlah Siswa
L P Jumlah
I 9 13 22
II 11 14 25
III 10 12 22
IV 10 13 23
V 13 11 24
VI 15 12 27
Tabel II : Data Guru SDN Ma’lengu Tahun 2009
No. Nama Guru / Jabatan Status Mengajar di kelas
1. M. Yusuf T., S.Pd (Kepala Sekolah) PNS
2. Ayatollah Hidayat, A.Ma (Guru Kelas) PNS V dan VI
3. Abd. Azis, S.Pd (Guru Kelas) PNS III dan IV
4. Syarifuddin, S.Pdi (Guru Agama) PNS I – VI
5. Syamsualam, S.Pd (Guru Penjaskes) Honorer I - VI
6. Normayanti, A.Ma (Guru Kelas) Honorer I
7. Rahmat, A.Ma (Guru Kelas) Honorer II
Tugas Kelompok
KELOMPOK IV (EMPAT)
Ketua : Nuramelia
Sekretaris : Hamdana
Anggota : Yulianti
Andi Ina Andriana
Sulihin
S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2 0 0 9
Saturday, December 5, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment